4 tahun lebih saya berdampingan hidup dengan mertua. istri saya adalah guru, setiap pagi jam 7 sampai jam 4 sore ngajar di sekolah. anak saya yang berumur 4 tahun sekolah di playgroup, berangkat jam 7 sampai jam 2 siang. sedangkan saya adalah seorang perawat, yang bekerja di instansi rumah sakit. jam kerja saya tidak menentu, kadang berangkat pagi, kadang siang dan kadang malam.
saat habis kerja malam saya pulang jam 8, anak istri sudah tidak ada, yang ada hanya mertua. tekadang saya bingung, mau tidur mertua lagi sibuk dan terkadang berisik membuat saya tidak bisa tidur. mau marah marah ya nggak mungkin karena dia mertuaku, tapi nyatanya siang hari masa saya melarang jangan berisik.
sebagai suami pastilah ingin mendidik istri, tapi ketika istri di maraih dia akan lebih cenderung bersama ibunya. karena memang itulah tempat bersandar curhat sang istri.tapi dampak dari itu sebenarnya sangat fatal. seharusnya rahasia keluarga tidak boleh bocor ke orang ketiga, meski itu adalah mertua sendiri. karena mertua hanya mendengarkan curhat istri, pastilah mertua akan lebih membela istri. dan disini lagi lagi saya sebagai menanti laki laki terasa tersisihkan lagi
belum saat keluarga sedang berkumpul, seperti hari raya atau saat liburan. perhatian mertua akan terfokus ke mereka yang beru datang, dan kita seolah olah di cuekin. apalagi saya sebagai menantu, pasti memiliki perasaan yang lebih peka daripada anak kandungnya sendiri
saya menyebutnya "kebebasan yang terabaikan", itu adalah pepatah yang tepat untuk para menantu. sedekat apapun menantu dan mertua, pastilah ada skat yang tak bisa di pisahkan. karena tetep ada ucapan dalam hati "saya hanyalah sekedar menantu, dia bukan orang tuaku", dengan demikian pastilah ada perasaan sungkan dalam setiap gerak gerik menantu
saat kita lelah dan ingin bercanda dengan anak istri, ternyata mereka sedang bersama mertua. maka keinginan kita akan terabaikan. sepertinya kita malu untuk bercanda dan merayu istri di dekat mertua. terkadang saya ingin mendulang makanan sama istri, tapi tidak jadi kalau ada mertua. saya senang ketika istri duduk bersender sama saya, tapi saya malu kalau mertua liat
belum dalam masalah usaha dan bisnis. ketika ada tamu sampai malam, maka saya mulai ngga enak sama mertua. takut terganggu oleh obrolan saya. terkadang ada pasien yang minta gurah tetes, maka sudah pasti akan ada suara muntah.
dalam masalah seksologi akan lebih puas dan bebas manakala tidak ada mertua, karena saat melakukan hubungan seks bersama pasangan suara desis mulut kita tahan, dan menjaga agar tempat tidur tidak berbunyi, dengan demikian sudah mengurangi kenikmatan hubungan special ini. belum saat mandi, pastilah menjadi beban kecil supaya tidak ketahuan atau berbenturan dengan mertua.
terlepas dari itu, ternyata hidup dengan mertua memiliki segi positif yang mengenakan kita juga, seperti makan yang terjamin, lepasnya biaya listrik, dan tidak memikirkan urusan rumah
tapi andai kita berfikir lebih lanjut, sebenarnya manfaat dan negatif hidup bersama mertua lebih banyak segi negatifnya. akan tetapi ternyata kebanyakan orang melihat bayan bayang hitam sebelum memisahkan diri dengan mertua, jadi takut dan menerima apa adanya. tapi kalau mereka berani, insya Alloh kebahagiaan akan sangat terasa manakala dalam satu rumah yang ada hanya anak dan istri saja
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment