kita punya banyak tetangga, teman, bahkan keluarga. Tapi semua itu hanya sebatas hubungan manusianya saja, soal keuangan tidak ada istilah sababat, apalagi keluarga. Soal ekonomi menjadi masalah yang sangat sensitif yang tidak bisa di ganggu gugat dengan alasan apapun. Padahal kita telah bekerja banting tulang demi keluarga,tapi hasilnya tak sebanding dengan hasil kerja kita. Kita mengeluh siapa yang peduli, jika anak istri kita kelaparan kita juga yang akan menangis dan menderita. Itulah indonesiaku kini.tak ada pilihan lain keluar negeri menjadi solusi terahir.
andai ada pekerjaan yang bisa menghargai kami,pastilah kami tak akan pergi meninggalkan anak istri. Sungguh betapa pedih hati ini kami rasakan, harus meninggalkan keluarga demi masa depan mereka. Kami percaya, hanya kamilah para pahlawan devisa yang bisa saling memahami sesamanya,karena itu ikatan kami sangat erat sesamanya.
di luar negeri kami bekerja tanpa kenal waktu dan cuaca Kami menjadi bujangan lagi, masak sendiri, nyuci sendiri, nyetrika sendiri, bahkan sakitpun sendiri. Ketika sakit kami ingin sekali curhat sama keluarga, setidaknya meski hanya sekedar curhat akan meringankan hati kami, tapi kami takut kalau yang di rumah menjadi bingung. Ahirnya kami tahan rasa keinginan kami untuk curhat, walau sebenarnya dengan itu akan meringankan beban kami. Kami abaikan perasaan kami, kami iklas menderita demi keluarga kami, dan yang paling menguras air mata adalah ketika ada orang yang sangat kami cintai jatuh sakit dan meninggal. Sungguh sebuah pukulan yang sangat menyakitkan. Dari negeri rantau kami menangis,tapi siapa yang bisa membantu.andai mungkin kami ingin pulang meski hanya untuk mencium kening keluargaku yang baru saja pergi. Tapi semua mustahil, kenyataannya kami tak bisa pulang, kami hanya bisa berdoa dan menerima kenyataan ini.
inipun belum seberapa. Kami masih harus bekerja dalam nuansa duka cita, tak siapa tau perasaan kami. Kadang majikan
Tak mau tau apa yang tengah kami alami.inilah salah satu siksaan batin yang harus kami terima.
kami juga tau anak kami yang masih kecil merindukan kami. Dia menggambar saya dalam kertas dan bertuliskan “ayah saya kangen sama ayah, kapan ayah pulang?,“.kertas itu di lipat,disimpan dalam almari, dibuka setiap hari lalu di baca. Kertas benar benar di jaga agar tidak kotor dan rusak yang akan di hadiahkan ke saya ketika pulang nanti,padahal kepulanganku masih sangat lama.
ketika tetangga piknik sama ayahnya, anak saya memandangi mereka terus, seolah hatinya iri dan bilang “aku juga pingin piknik kaya mereka,tapi ayahku ngga ada disini.kapan pulang yah.“
mungkin vidio call adalah satu satunya pelepas rasa rindu sama anak. Lewat vidio call saya tunjukan nama nama binatang, nama nama bunga, dan alat transportasi. Anak begitu senang menyimak apa yang saya ceritakan di vidio call. Kadang ada rasa ingin sekali memeluk si buah hati, tapi tak mungkin, sebab ini hanyalah telepon vidio
Tapi kami bangga bisa keluar negeri demi masa depan keluarga. lihatlah perjuangan kami, kami abaikan segalanya atas nama tanggung jawab.
Wahai pemerintah, andai kau memerintahkan kami pulang, kamipun akan pulang. Tapi tolong berilah kami pekerjaan dan gaji yang layak, agar kami bisa mengayomi keluarga kami.
dan wahai pemerinta, terimakasih atas segala upayamu melindungi kami. Kami bangga padamu,tapi kami juga kecewa atas sejumlah oknum yang menindas kami, harapan kami agar pemerintah menindak tegas oknum tersebut, kususnya dari PJTKI yang senang memberikan info yang menyesatkan . Kami adalah orang cilik yang tengah berjuang. Tapi berusaha dengan jalan yang halal, tidak menipu dan tidak korupsi. Dan Kami akan terus maju, kami akan terus berkarya,dan kami tak akan pernah lelah untuk bangkit dari keterpurukan.
0 comments:
Post a Comment