Ini adalah pengalamanku ketika mendampingi ibu sakit. Waktu itu sudah 3 hari panas diatas 40‘c. Saya sangat takut kalau terjadi apa apa dengan ibu saya. Saat itu ibu opname di kelas vip, 1 ruangan ada 2 tempat tidur pasien. Masing masing tempat tidur ada kain untuk menutup tempat tidur dan ruangan yang cukup luas.
baru saja ibu tertidur tau tau ada banyak sekali tamu berdatangan, tamu itu adalah teman teman pasien sebelah.saya tatap wajah ibu yang tergeletak lemas mengenakan kerudung dengan wajah pucat. Saya kawatir kalau suara berisik para tamu itu membangunkan tidur ibuku,saya terus menemani ibu tanpa beranjak sedikitpun. Tiba tiba suara tamu makin berisik dan sangat berisik. Ibu saya langsung terbangun dengan nafas seperti sesak. Sebagai seorang anak ketika ibu terganggu sudah pasti saya naik pitam, saya mau menegur para tamu tamu itu,tapi setelah saya lihat mereka berjejer rapih kaya sedang upacara dengan menyanyikan tembang.karena
Jumlah mereka banyak,saya minta bantuan ke petugas RS untuk menegur mereka. Setelah petugas melihat mereka petugas bilang sama saya ”mereka itu dari jamaah agama mereka sedang mendoakan saudaranya yang sakit.paling 10 menit selesai kok. Sabar saja,kita hormati keyakinan lain”. Saya bengong karena baru tau.
lalu saya kembali ke ibu, begitu ibu melihat saya ibu bilang
”suara apa sih berisik banget!?,suruh jangan berisik”.
lalu saya bilang ke ibu ”ibu,itu suara doa dari jamaah untuk mendoakan yang di jenguk,menurut keyakinan mereka”
dengan suara lemas dan pelan ibu bilang ”oh mereka sedang berdoa ya!,yaudah ngga papa.kamu jangan usik ya?,biarkan saja”.
setelah para jamaah pulang, pasien sebelah meminta maaf sama ibu saya. Dia tau pasti kalau suara para jamaah pasti mengganggu tidur ibuku. Ibuku juga menghargai permintaan maafnya.
saya merasa puas sebab saya bisa menahan gejolak emosiku. Dari sini saya bisa belajar indahnya menghargai perbedaan. Bukankah Islam menjunjung tinggi perbedaan?
0 comments:
Post a Comment